Saya Benci Diri Saya, Kenapa Saya Seolah-olah Menuhankan Kemajuan?

Ntah.. akhir-akhir ini saya sering merenungi kehidupan saya yang selama ini terkesan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dulu kala saya masih kecil, saya sering melakukan hal-hal yang bermanfaat terhadap diri saya dan orang sekitar, taat beribadah kepada Tuhan, dan yang tak terlupa yakni sering berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Namun.. ketika kemajuan menyerang diri ini, tak ada upaya untuk melakukan penolakan, yang ada hanya sebuah keinginan untuk terus.. terus.. dan terus bisa masuk kedalamnya. 


Lambat laun, setelah saya semakin tereposok kedalam kemajuan ini, saya seakan-akan menuhankan Kemajuan. Hari demi hari tiada waktu yang tersisa buat melakukan aktifitas yang dulunya sering dan bahkan tiada pernah saya tinggalkan, yang ada hanyalah sebuah aktifitas untuk menuhankan Kemajuan.

Andai saya bisa memilih untuk dilahirkan kembali ataupun dikembalikan kemasa dimana saya belum terjerumus kedalam kemajuan, saya pasti akan meninggalkan kemajuan itu, dan selalu menyerukan kepada semua orang bahwasannya kemajuan ini bisa membunuhmu. Membunuhmu disini bukanlah dalam artian membunuh secara fisik, melainkan membunuh secara tak kasat mata. Seperti halnya membunuh pergaulan, membunuh sifat normal dan menjadikanmu abnormal.

Tulisan ini bukan dimaksudkan bahwa saya menentang adanya kemajuan, hanya saja lambat laun, seakan-akan kemajuan ini membunuh jati diri kita sebagai manusia. Memang kemajuan ini sungguh mempermudah kita sebagai manusia, namun dampak dari mempermudah ini seakan-akan kita sebagai manusia tak berguna. Sekecil hal apapun hal yang kita lakukan selalu tergantung pada kemajuan teknologi. Seakan-akan otak yang kita punya ini hanyalah sebuah hiasan semata. Mungkin jika isi dari otak 'Kecerdasan' dijual, pasti harga yang pasti ditawarkan oleh pembeli sangatlah sedikit, dikarenakan otak yang kita punya tidak ada isinya, karena setiap hal yang kita lakukan jarang sekali menggunakan bantuan dari pemikiran otak. yang ada hanya alunan jari jemari diantara tut.. tut keyboard untuk mencari apa yang kita mau di dunia yang tak kasat mata itu.

Namun, berkat beberapa lamunan yang terlalu sering saya lakukan akhir-akhir ini, akhirnya saya menyadari apa yang seharusnya saya lakukan. Dan meski saya membenci diri saya yang sudah terlanjur terjerumus dalam lubang kemajuan teknologi yang paling dasar, dan ntah kapan bisa kembali ke batas normal. Namun saya tetap akan berusaha semampu saya untuk bisa sampai kebatas itu.

Mungkin itulah sedikit celotehan saya tentang kebencian saya terhadap diri saya ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi kalian semua yang membaca tulisan saya ini. Karena waktu yang sudah terlalu larut malam ini, saya cukupkan untuk melanjutkan tarian jari jemari saya, dan sampai berjumpa di tarian jemari saya yang lainnya.

Penulis:

0 komentar untuk Saya Benci Diri Saya, Kenapa Saya Seolah-olah Menuhankan Kemajuan?